Surabaya bukan cuma dikenal sebagai kota pahlawan. Di balik gegap gempita kehidupan kotanya yang dinamis, ada semangat kebersamaan dan toleransi yang terus dijaga—khususnya dalam kehidupan beragama. Dan di balik itu semua, ada satu lembaga yang perannya sering kali luput dari sorotan, tapi kontribusinya sangat berarti: Kementerian Agama (Kemenag) Kota Surabaya.
Sebagai lembaga pemerintah yang membidangi urusan keagamaan, Kemenag Surabaya tak hanya mengurus administrasi haji atau sertifikasi halal. Mereka juga aktif bergerak dalam menjaga harmoni antarumat beragama melalui program-program moderasi beragama. Nah, apa sih sebenarnya moderasi beragama itu? Dan gimana Kemenag Surabaya ambil bagian dalam mewujudkannya?
Moderasi Beragama: Bukan Soal Mencampur Ajaran, tapi Menjaga Keseimbangan
Sebelum bicara lebih jauh, yuk, luruskan dulu pemahaman. Moderasi beragama bukan berarti mencampuradukkan ajaran atau menyuruh semua agama jadi satu. Bukan juga soal mengurangi ketaatan. Tapi, lebih kepada cara kita beragama yang inklusif, toleran, dan menghargai keberagaman. Dengan kata lain, beragama secara "tengah-tengah": tidak ekstrem ke kanan, juga tidak ekstrem ke kiri.
Nah, inilah yang sedang digaungkan oleh Kemenag Kota Surabaya—mengedepankan semangat toleransi, menghargai perbedaan, serta menjaga kerukunan antarumat beragama.
Program dan Langkah Nyata di Lapangan
Kemenag Surabaya sadar betul bahwa sekadar ajakan tak akan cukup. Karena itu, mereka terjun langsung ke lapangan lewat berbagai program. Beberapa langkah nyata yang mereka lakukan antara lain:
1. Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB)
Melalui kolaborasi dengan FKUB Surabaya, Kemenag aktif mengadakan dialog lintas agama. Di forum ini, para tokoh agama dari berbagai latar belakang duduk bersama, berdiskusi, dan saling memahami sudut pandang masing-masing. Dialog ini bukan cuma ajang silaturahmi, tapi juga ruang edukasi agar perbedaan tak jadi pemicu konflik.
2. Pendidikan dan Sosialisasi di Sekolah
Kemenag juga rajin menggelar sosialisasi moderasi beragama di lingkungan sekolah, mulai dari madrasah hingga sekolah umum. Mereka menggandeng para guru agama agar pesan-pesan toleransi bisa disisipkan dalam pengajaran. Harapannya, generasi muda Surabaya tumbuh jadi pribadi yang taat beragama sekaligus terbuka dan menghargai perbedaan.
3. Pelatihan bagi Penyuluh Agama
Penyuluh agama adalah ujung tombak Kemenag di masyarakat. Nah, mereka ini dibekali dengan pelatihan khusus agar bisa menyampaikan pesan-pesan keagamaan yang sejuk, damai, dan membangun. Lewat khutbah, ceramah, hingga diskusi informal di masyarakat, para penyuluh ini menjadi agen moderasi beragama yang langsung bersentuhan dengan warga.
4. Kegiatan Lintas Iman
Kemenag Surabaya juga mendukung kegiatan sosial lintas iman, seperti kerja bakti bersama, donor darah, hingga aksi kemanusiaan saat bencana. Lewat aksi-aksi ini, masyarakat diajak untuk melihat bahwa kebaikan bisa datang dari siapa saja, tanpa melihat latar belakang agama.
Tantangan dan Harapan
Tentu saja, jalan menuju kerukunan bukan tanpa rintangan. Masih ada tantangan, seperti penyebaran paham intoleran di media sosial, atau isu-isu sensitif yang kadang dipolitisasi. Tapi Kemenag Surabaya tidak tinggal diam. Mereka terus meningkatkan literasi keagamaan masyarakat dan menjalin kerja sama dengan berbagai pihak—termasuk tokoh agama, akademisi, dan komunitas muda.
Ke depan, harapannya Kemenag bisa makin adaptif dengan perkembangan zaman. Pemanfaatan media digital untuk kampanye moderasi beragama, misalnya, jadi salah satu peluang besar yang bisa terus dikembangkan.
Penutup
Surabaya adalah miniatur Indonesia. Di kota ini, berbagai etnis dan agama hidup berdampingan. Dan menjaga itu semua bukan hanya tugas pemerintah, tapi tanggung jawab bersama. Namun, kehadiran Kementerian Agama Kota Surabaya sebagai motor penggerak moderasi beragama layak diapresiasi. Dengan pendekatan yang persuasif, program yang menyentuh akar rumput, dan semangat merangkul semua pihak, mereka berhasil menyalakan lilin-lilin damai di tengah keragaman.
Karena pada akhirnya, keberagaman bukan untuk dipertentangkan, tapi untuk dirayakan. Dan Kemenag Surabaya telah membuktikan, bahwa moderasi bukan sekadar wacana—tapi gerakan nyata yang bisa menjaga persatuan bangsa dari akar rumput.